Pendidikan rasanya kurang lengkap bila tak disertai dengan ragam kreasi maupun inovasi dari para pendidik. Salah satu ragam kreasinya bisa terwujud dalam pengembangan kegiatan belajar dengan menggunakan model tertentu, di antaranya adalah penerapan model belajar make a match.
Model belajar tersebut saat ini sedang santer dibicarakan. Ya, yaitu penerapan model belajar make a match. Model belajar ini sebenarnya masih terbilang baru dibandingkan model belajar lainnya sebab pertama kali muncul pada tahun 90-an.
Sedangkan model lainnya malah muncul di era 70-an. Lantas, bagaimana pelaksanaan model pembelajaran make a match?
Mekanisme Pelaksanaan Model Pembelajaran Make a Match
Untuk menerapkan model pembelajaran make a match dengan baik, maka dibutuhkan beberapa langkah yang tepat. Adapun bagi guru pemula, anda dapat melakukan langkah – langkah berikut ini :
Pertama, guru dapat mempersiapkan kartu yang sudah berisikan beberapa konsep maupun topik yang sesuai dengan topik pembahasan.
Atau bisa juga berisikan dengan beragam pertanyaan review. Model ini mengharuskan anda untuk menyediakan kartu dengan dua sisi dimana sisi pertama berisikan topik maupun review. Dan sisi sebaliknya berisikan konten jawaban.
Kedua, guru mendistribusikan kartu kepada para peserta didik. Setiap dari mereka nantinya akan mendapat kartu dan harus memikirkan jawaban yang benar. Setelah memikirkan jawaban yang benar, maka peserta didik tersebut mencari temannya yang memegang kartu dengan jawaban yang sudah dia pikirkan.
Ketiga, guru dapat membuat kartu soal dan jawaban dalam berbagai tingkatan mulai dari rendah, medium dan kompleks. Semakin naik levelnya, maka semakin sulit jawaban yang harus dipikirkan.
Sehingga guru perlu memanajemen waktu penyelesaian per kartu soalnya agar model belajar tersebut tetap dapat mengefisiensikan waktu pembelajaran.
Keempat, guru perlu memberikan waktu yang cukup selama peserta didik mencocokkan jawabannya. Agar semakin menantang, guru dapat memberikan sanksi berupa pengurangan poin bila nantinya terdapat peserta didik yang tak dapat memenuhi deadline jawaban.
Kelima, setelah para peserta didik berhasil menemukan pasangan jawabannya, maka guru mengambil alih kegiatan untuk melakukan proses penarikan kesimpulan.
Proses ini merupakan bagian dari akumulasi topik – topik yang sudah dibahas oleh guru sebelum kegiatan tersebut dilangsungkan.
Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match
Adapun kekurangannya yakni :
Pertama, model tersebut membutuhkan adanya beragam bimbingan dari para guru dalam melakukan kegiatan. Sebab peserta didik rentan bingung dan malah tidak bisa mengikuti kegiatan make a match dengan tepat.
Kedua, model ini membutuhkan waktu yang agak lama dalam pelaksanaannya sebab membutuhkan tingkat kefokusan yang lebih tinggi dibanding model lainnya.
Maka dari itu, alangkah baiknya bila guru memberikan sosialisasi terlebih dahulu pada para peserta didik.
Nah demikian ulasan mengenai cara penerapan model belajar make a match di lingkungan kelas. Semoga bermanfaat.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
(rhm/shd)