Penyusunan RPP Berdiferensiasi – Tahun 2022, harapan para pendidik dan tenaga kependidikan nampaknya mulai terwujud. Yakni harapan untuk bertatap muka secara langsung antar teman dan sesama pendidik. Kendati demikian, semuanya masih harus tetap menjaga dan mengikuti protokol kesehatan.
Tujuannya, agar pandemi benar – benar hilang dan musnah. Dengan demikian, pendidikan akan berjalan normal seperti biasa. Era berbagai gelombang kemarin, juga telah memberikan banyak pelatihan dan kebermanfaatan bagi dunia pendidikan.
Berbagai inovasi metode dan strategi kian bermunculan di mana muara tujuannya sama. Yakni untuk menjadikan anak bangsa menyerap dengan baik pembelajaran terlepas dari pembelajaran secara online maupun offline.
Selain itu, di bi bidang administrasi pendidikan, para pendidik juga merasa mendapat kemudahan sebab tidak terlalu banyak disibukkan dengan lembaran administrasi sebab sudah bisa dijalankan dengan sistem online. Salah satu inovasi dalam bidang administrasi pendidikan yang cukup diminati dan dapat dikerjakan dengan mudah yakni penyusunan RPP Berdiferensiasi.
Mengenal RPP Berdiferensiasi
RPP Berdifirensiasi merupakan salah satu inovasi di bidang administrasi pendidikan dengan menggunakan model dan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas.
Tujuannya tentu sama dengan keberadaan RPP yang lain yakni untuk menjadikan pembelajaran lebih tersusun dan terstruktur berdasar pemetaan latar belakang kemampuan dan pendidikan para peserta didik.
Apakah RPP ini berbeda dengan RPP kurikulum 2013? Ya, tentu saja ada perbedaannya. Namun tidak pada substansi dan fungsi dari RPP tersebut. Misalnya, di dalam RPP kurikulum 2013, seluruh tenaga pendidikan wajib dan harus memasukan semua elemen yang menjadi kriteria pembuatan RPP K13 tanpa terkecuali.
Biasanya, jika ada beberapa elemen yang kosong bahkan tidak diisi, maka hal tersebut akan berpengaruh pada penilaian sekolah. Misal anda malah melewatkan untuk mendeskripsikan langkah pembelajaran maupun sumber dan metode belajar.
Tentu saja hal tersebut akan membahayakan kredibilitas dan profesionalitas sekolah dalam hal penilaian lokal maupun akreditasi secara terpusat.
Sedangkan rpp berdiferensiasi lebih cenderung pada bahasan konten yang akan diajarkan, kemudian proses capaian hasil dan produk belajar para peserta didik.
Cara Penyusunan RPP Berdiferensiasi
Sebagai guru tentu anda perlu mencari referensi terlebih dahulu sebelum menyusun administrasi pendidikan. Apalagi bila anda adalah seorang pemula.
Tentu tidak bisa asal – asalan dalam menggunakannya. Sekali lagi, hal ini akan berdampak pada kredibilitas dan penilaian anda sebagai seorang guru.
Faktanya, meski hari ini mulai banyak kehadiran satuan pendidikan, sebagian dari mereka mulai merasakan penyesalan akibat telah salah memilih calon pendidik.
Sehingga ijazah dan akta pengajar bukan menjadi sebuah jaminan seseorang bisa menjadi pendidik yang profesional dan terampil dalam pembuatan administrasi pendidikan.
Sebab biasanya teori yang diajarkan selama masa perkuliahan terkait dunia pendidikan merupakan suatu hal yang berbeda jauh dengan realita dari fenomena dunia pendidikan hari ini. Adapun cara penyusunannya sebagai berikut :
1. Melakukan Identifikasi KD dan KI
Sebagai guru pemula, hal pertama yang perlu anda lakukan yakni dengan melakukan identifikasi pada KD dan KI tiap jenjangnya. Biasanya anda dapat menemukan rangkaian maupun unggahan dokumen mengenai KI dan KD pada laman resmi kemendikbud.
Anda bisa juga mengunduh berbagai dokumen lainnya seperti silabus, contoh rpp bahkan beberapa materi pembelajaran terkait. Proses identifikasi KD dan KI biasanya akan dilakukan di awal memasuki tahun ajaran baru.
2. Melaksanaan Pemetaan Profil Pembelajaran
Strategi selanjutnya yakni melakukan pemetaan pada profil belajar peserta didik. Pemetaan ini meliputi berbagai unsur yang terdiri dari gaya belajar, nama lengkap, tipe kecerdasan majemuk serta beragam lingkungan belajar peserta didik. Pemetaan profil tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui kegiatan sehari bersama para pendidik.
Pada aspek pembahasan nama lengkap, sebagai guru anda harus mengisikan nama lengkap peserta didik anda dengan benar. Termasuk dari segi penulisannya. Hal ini memang terlihat sepele. Namun bisa saja menjadi sesuatu yang penting bagi para peserta didik.
Bayangkan saja, bagaimana perasaan para peserta didik bila gurunya salah dalam menuliskan nama? Tentu mereka akan merasa bahwa gurunya tidak terlalu perhatian dan lupa bahkan asal menuliskan nama. Memang, perasaan overthinking seperti ini tidak menjangkiti semua peserta didik. Hanya pada segelintir orang saja.
Pada aspek gaya belajar, anda bisa mencoba untuk mencari referensi dari beberapa sumber terpercaya. Misalnya, ada peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik. Artinya, pelajar tersebut membutuhkan beberapa kegiatan fisik agar konten dapat terserap dengan baik.
Kemudian gaya belajar visual. Tipe belajar seperti ini membutuhkan adanya beragam gambar yang menarik dan bisa meningkatkan daya serap peserta didik. Biasanya guru bisa menggunakan PPT yang diisi dengan banyak gambar dan poin pembelajaran saja.
Bisa juga dengan menggunakan audio. Kemudian, gaya belajar lainnya yakni gaya belajar audio. Gaya belajar tersebut membutuhkan guru yang mampu untuk menyampaikan pembelajaran secara runtun dan jelas baik melalui metode ceramah maupun diskusi antar peserta didik.
Kemudian pada aspek kecerdasan majemuk, guru perlu memahami terkait teori yang pernah dijabarkan oleh Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa terdapat 8 kecerdasan majemuk yang ada dalam diri peserta didik.
Biasanya kecerdasan ini tidak hanya satu dalam diri peserta didik. Namun, bisa saja seorang peserta didik memiliki 1 bahkan lebih.
Hanya saja, kecenderungannya pada kecerdasan majemuk yang seperti apa. Misal, bila peserta didik tersebut cenderung pada kecerdasan verbal, artinya dia memiliki kemampuan di bidang public speaking.
Kemampuan tersebut tentu dapat dilatih agar di masa depan dapat bermanfaat bagi peserta didik tersebut. Sebab biasanya peserta didik akan sangat jarang menyadari potensi tersebut.
3. Menyusun Langkah Pembelajaran Berdiferensiasi
Kemudian, strategi selanjutnya yakni guru perlu melakukan penyusunan pada langkah pembelajaran berdiferensiasi. Misal, jenis diferensiasi yang digunakan yakni dari aspek proses dan produk. Sehingga beberapa kegiatan dasar yang disusun yakni kegiatan pendahuluan, inti dan kegiatan penutup.
Serangkaian kegiatan tersebut akan berorientasi pada karya yang nantinya dinilai proses dan hasil dari produk peserta didik.
4. Memutuskan Sumber Belajar Terpercaya dan Penyusunan Asesmen
Kemudian langkah terakhir yakni sang guru dapat memutuskan sumber belajar yang akan digunakan. Biasanya guru juga dapat menyebar luaskan sumber belajar yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Namun pastikan sumber belajar yang digunakan merupakan sumber belajar yang terpercaya. Sehingga bisa dipertanggungjawabkan.
Kemudian, untuk proses asesmen pastikan sesuai dengan konten dan sumber belajar yang disampaikan. Jika anda masih bingung dengan penyusunannya, maka anda bisa bertanya pada senior yang sudah lebih berpengalaman dalam penyusunan RPP berdiferensiasi.
Demikian ulasan mengenai penyusunan RPP Berdiferensiasi dan beberapa strategi penyusunannya. Semoga artikel ini menjadi ulasan yang bermanfaat dan memberikan wawasan bagi pendidik dan khalayak umum lainnya. Salam pendidikan!
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
(shd/shd)