ISTIDRAJA.
Pengertian Istidraj, pendidikan-agama-islam-istidraja, ISTIDRAJA.
Ditinjau dari segi bahasa, istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasaArab berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah,istidraj memiliki makna azab berwujud kenikmatan. ISTIDRAJA. Ketika seorang muslim banyak melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan,ini adalah tanda istidraj dari Allah SWT. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahaldia pendidikan-agama-islam-istidraja semakin lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya ISTIDRAJA.
Hasbi ash-Shiddieqymenjelaskan istidrāj adalah pemanjaan agar terjerumus kepada kehinaan, secara berangsur-angsur, setapak demi setapak dan didekatkan dengan azab ISTIDRAJA. dalam keadaanmereka tidak menyadarinya. Sama halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwaistidrāj adalah memindahkan dari satu tahap ke tahap berikutnya hingga mencapai puncak dengan jatuhnya siksa. Kata tersebut popular, dalam arti perlakuan yang secaralahiriah baik. Istidrāj bisa terjadi dalam bentuk limpahan nikmat yang diduga kebaikan,atau merasa terhindar dari hukuman padahal merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang lebih besar sehingga sanksi hukuman yang diterima juga lebih besar ISTIDRAJA.
Konsep Istidraj
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-ISTIDRAJA. Shaghir mengatakan, perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dankedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupadibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyamandengan kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagimenyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk pendidikan-agama-islam-istidraja kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan dirimereka di atas segala-galanya. Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hambayang tidak mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.
Pertama
, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatanperingatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya.AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan olehhati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteksmasyarakat modern atau alasan-alasan sejenisnya.
Kedua
, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintukesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yanghamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hambatersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yangdiinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuatmaksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Ketiga
, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yangdiberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenanganduniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalanganmanusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada oranglain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.
Keempat
, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengansekonyongkonyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai.Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalahurusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saatmereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalamkesenangan.
Kelima
, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telahterperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang
diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya,maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.
- Didalam GBPP PAI didalam sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, Pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain mewujudkan kesatuan nasional.
Penulis : Ansisko