Learning Loss di Indonesia – Fenomena learning loss atau hilangnya pengalaman belajar menjadi isu yang hangat di Indonesia karena salah satu pemicunya adalah pademi Covid-19. Namun, hal ini bukan hal yang baru terjadi melainkan telah ada selama 20 tahun terakhir. Hal ini mengacu Rapor Pendidikan 2022, Programme for International Student Assessment (PISA), dan BPS 2021.
Berdasarkan pada Rapor Pendidikan 2022 tersebut, siswa yang berhasil mencapai kompetensi minimum terkait literasi dan numerasi ternyata masih kurang dari 50 persen. Begitu juga pada data BPS 2021, adanya kenaikan jumlah siswa yang mengulang kelas pada tahun 2020-2021. Dari yang awalnya 4,35 persen pada 2020 menjadi 5,41 pada tahun 2021. Terlebih, pada rentang tahun tersebut, tidak terjadi kenaikan yang signifikan mengenai numerasi dan literasi. Contoh kasusnya pada catatan PISA tahun 2000, rata-rata poin siswa laki-laki 479 dan 472 pada tahun 2018. Sedangkan untuk siswa perempuan rata-rata poin 510 dan 502 pada tahun 2018.
Heru Purnomo, sebagai Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan kehawatirannya terhadap masalah learning loss di Indonesia. Di Indonesia, kurikulum terkini telah membuat target ketercapaian pembelajaran sebanyak 12 bab untuk 1 mata pelajaran, tetapi semenjak pandemi sekolah hanya dapat memenuhi ketercapaian pembelajaran sampai 5 bab dengan kondisi pemahaman siswa belum dapat dipastikan sepenuhnya. Oleh karena itu, biasanya para guru memberikan penugasan online kepada siswa untuk mengejar sisa ketertinggalan.
Lantas, apakah penyebab utama dari fenomena learning loss di Indonesia? Pertama, belum mencukupinya sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan, Kedua, metode pembelajaran yang belum maksimal persiapannya serta belum merata kualitasnya di setiap daerah. Ketiga, pengelolaan anggaran yang belum efektif.
Menurut Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti (dikutip dari pikiran-rakyat.com), upaya mengatasi persoalan learning loss telah dilaksanakan sekuat mungkin. Contohnya, melalui kolaborasi antar kementrian yang diarahkan oleh rencanan pembangunan nasional. “Meski kita berasal dari kementerian-lembaga yang berbeda, tapi kita disatukan oleh rencana pembangunan nasional, baik jangka panjang dan menengah, yang sama. Target-target yang sama, yang mengerucut kepada pencapaian yang sudah diembankan oleh presiden terpilih dan kabinetnya,” Ujarnya pada Pelatihan Kepempinan Nasional Tingkat II Angkatan VI Tahun 2022.
Lalu, sebagai tenaga pendidik apa saja yang dapat dilakukan untuk berkontribusi dalam mengatasi learning loss?Guru dianjurkan untuk melaksanakan pra-penilaian untuk memperlihatkan sejauh mana siswa siap untuk menerima pembelajaran semester atau jenjang kelas berikutnya. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa mengalami penururunan kemampuan, maka guru dapat melakukan beberapa strategi khusus demi melakukan penyesuaian dengan kemampuan siswa.
(gcm/rtq)