Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI) dalam Bidang Ilmu Pendidikan Manajemen pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Nani Sutarni memaparkan tiga komponen pengetahuan yang harus dimiliki dosen dalam melaksanakan pendidikan manajemen.
“Pertama, content knowledge (CK) merupakan pengetahuan dosen terkait dengan bidang studinya,” ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/5/2022).
Untuk pendidikan manajemen, lanjut Nani, setidaknya beberapa disiplin ilmu manajemen perlu dikuasai.
Adapun disiplin ilmu manajemen yang harus dikuasai, antara lain manajemen sumber daya manusia (SDM), manajemen operasi, manajemen pemasaran, manajemen perkantoran, manajemen strategis, manajemen mutu, manajemen perubahan, serta sistem informasi dan komunikasi.
Pernyataan tersebut Nani sampaikan saat menyampaikan pidato tentang “Arah Pendidikan Manajemen Abad 21” dalam acara pengukuhannya secara resmi oleh Rektor UPI di Kampus UPI pada Kamis, (19/5/2022).
Komponen kedua, kata dia, yaitu pedagogical knowledge (PK) atau pengetahuan tentang teori dan praktik belajar mengajar. Pengetahuan ini mencakup pemahaman peserta didik, tujuan, strategi dan metode pembelajaran, serta penilaian.
“Dengan komponen PK, dosen diharapkan dapat memahami secara mendalam tentang bagaimana mahasiswa memahami dan mengkonstruksi pengetahuan, sikap, dan keterampilan,” ucap Nani.
Ketiga, lanjut dia, technological knowledge (TK) adalah dasar-dasar teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran.
Dasar teknologi tersebut di antaranya pemanfaatan software, program animasi, internet akses, laboratorium virtual.
Untuk itu, imbuh Nani, dosen harus memahami, menguasai pemrosesan informasi, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran.
Ia menjelaskan technological pedagogical and content knowledge (TPACK) merupakan suatu rangkaian sistemis dalam pembelajaran, di mana kemampuan penguasaan teknologi terintegrasi dengan komponen-komponen penyusun substansi (content), pedagogik (P), dan pengetahuan teknologi (TK).
“TPACK mensyaratkan terjadinya multi interaksi antar komponen itu yakni materi pelajaran, pedagogi dan teknologi bersinergi dalam perwujudan pendidikan manajemen abad 21,” ucap Nani.
Menurutnya, dosen memegang peran penting dalam mengarahkan keterampilan mahasiswa agar tidak “tersesat” dalam arus informasi yang tidak penting. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan filter atas sejumlah informasi yang tidak berfaedah.
Pasalnya, dinamika kehidupan saat ini dan masa depan sangat kompleks dan lebih menantang. Apalagi teknologi berkembang sangat cepat. Hal ini berdampak pada munculnya bulk of deceitful information atau sejumlah informasi yang menyesatkan.
Pendidikan manajemen berkembang pesat
Seiring dengan perkembangan teknologi, Nani mengungkapkan bahwa pendidikan manajemen telah mengalami perkembangan pesat selama lebih dari satu abad.
“Pendidikan manajemen merupakan bidang kajian yang semakin masif dan populer, sehingga hampir semua pendidikan tinggi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia menyelenggarakan pendidikan manajemen,” ucapnya.
Menurut Nani, manajemen adalah hal penting karena berkaitan dengan kontribusi dalam membantu organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dengan penerapan manajemen yang benar, ia meyakini, berbagai sumber daya organisasi dapat dikelola sesuai kebutuhan.
“Manajemen yang baik dapat menjadi solusi atas perubahan lingkungan eksternal, internal , sehingga organisasi dapat terus beradaptasi dan berkembang sesuai perubahan zaman,” jelas Nani.
Manajemen yang baik, lanjut dia, akan membuat tugas yang sulit menjadi lebih mudah.
Nani menjelaskan bahwa pencapaian manajemen yang baik tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan manajemen.
“Pendidikan manajemen adalah proses mempersiapkan SDM agar dapat memecahkan masalah manajemen dalam organisasi, baik pada masa kini maupun masa mendatang,” imbuhnya.
Nani menyampaikan bahwa pendidikan manajemen abad 21 diarahkan pada penguasaan 21st century skills.
Keterampilan tersebut, kata dia, dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu learning skills, literacy skills, dan life skills (3L).
“Pertama, learning skills, berkaitan dengan pembelajaran mahasiswa. Utamanya mengenai proses mental yang diperlukan untuk beradaptasi dan berkembang dalam lingkungan masyarakat modern,” ujar Nani.
Keterampilan learning skills, lanjut dia, terdiri atas critical thinking creativity atau kreativitas berpikir kritis, collaboration atau kolaborasi, dan communication atau komunikasi.
Kedua, yaitu literacy skills. Keterampilan ini fokus pada cara mahasiswa agar dapat membedakan fakta, data, dan teknologi pendukungnya.
“Sehingga peserta didik dapat menentukan sumber yang dapat dipercaya sehingga mereka bisa membedakan informasi faktual dengan informasi hoaks atau palsu di dunia maya,” ucap Nani.
Adapun keterampilan tersebut, imbuh dia, terdiri atas information literacy, media literacy, dan technology literacy.
Ketiga adalah life skills, yaitu keterampilan melihat pada elemen-elemen tak berwujud atau intangible elements dari kehidupan sehari-hari mahasiswa dengan fokus pada kualitas pribadi dan profesional.
“Keterampilan ini terdiri atas flexibility, leadership, initiative, productivity, dan social skills,” jelas Nani .
Anda tidak punya referensi mengenai terapi tentang kecanduan gadget? Jangan khawatir e-Guru.id menyelanggarakan Pelatihan 32 JP Membuat Computer Based Test (CBT) Menggunakan Platform Moodle.
Segera datarkan diri Anda untuk mempelajari Pelatihan Kecanduan Gadget Pada Anak!
Penulis : Ansisko Simbolon