Memiliki pembelajaran berkualitas merupakan dambaan setiap guru dan murid. Karena dengan begitu, maka otomatis tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga terwujud.
Untuk memperoleh hal tersebut, terkadang memang butuh perjuangan dari seorang guru serta dukungan dari beberapa elemen, seperti pemilihan metode yang tepat, fasilitas yang memadai, serta hal lain sebagainya yang mendukung.
Namun terkadang, guru masih bingung mengenai bagaimanakah pembelajaran yang berkualitas itu. Pembelajaran yang berkualitas sebenarnya bisa dikenali dengan beberapa ciri-ciri.
Berikut ciri-ciri pembelajaran berkualitas.
Pertama, fokus. Fokus artinya memusatkan perhatian pada materi pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru. Pemusatan perhatian pada materi pelajaran akan memudahkan siswa untuk menyerap dan memahami materi pelajaran tersebut sehingga lama tersimpan dalam ingatan siswa.
Kedua, mencatat poin penting. Poin ini berkaitan dengan pemusatan perhatian. Setelah memahami materi yang diterangkan guru, siswa perlu mencatatnya. Ini berguna untuk mengulangnya kembali di rumah.
Bagusnya dicatat pada kertas buram kemudian diulang kembali di rumah menyalin ke buku catatan supaya lebih teratur dan rapi.
Mencatat materi penting tidak hanya saat guru menerangkan pelajaran. Boleh jadi guru mendiktekan poin-poin penting materi pelajaran. Dengarkan dengan baik dan catat langsung pada buku catatan pelajaran.
Ketiga, ada aktivitas timbal balik seperti bertanya. Ciri belajar berkualitas lainnya ditandai dengan aktivitas bertanya maupun mengajukan pertanyaan. Aktivitas ini terjadi saat guru menerangkan pelajaran maupun diskusi kelompok.
Upaya dilakukan siswa sebelum belajar di sekolah adalah membaca terlebih dulu materi pelajaran yang akan dibahas oleh guru. Membacanya boleh saja di rumah maupun waktu lowong di sekolah.
Tujuannya adalah siswa memiliki dasar untuk menerima penjelasan lengkap dari guru tentang materi yang sedang dibahas. Dengan demikian akan ‘nyambung’ antara pengetahuan dasar siswa dengan penjelasan guru.
Ketika guru bertanya, siswa tidak lagi ‘membisu’ atau diam seribu bahasa. Begitu pula untuk bertanya, siswa sudah punya dasar apa yang mesti ditanyakan kepada guru tentang materi pelajaran yang kurang bjelas.
Hal serupa juga berlaku untuk kegiatan belajar diskusi kelompok. Jalannya diskusi kelompok akan lancar dan tidak tersendat-sendat atau pun vakum
Tiga ciri tersebut sudah menunjukkan belajar berkualitas di sekolah. Dengan mengikuti proses belajar berkualitas akan menghantarkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Namun, apabila guru merasa masih jauh dari hal tersebut, ada beberapa cara yang bisa dicoba.
Perbaikan tentu harus dimulai dari kesadaran adanya kekurangan dalam menjalankan pembelajaran. Tidak ada guru yang sempurna dan selalu berhasil melaksanakan pembelajaran.
Sebab, yang dihadapi guru bukan benda mati yang bisa diutak-atik seenaknya. Justru yang dihadapi adalah individu yang sedang berkembang dan mencari jati diri. Siswa yang penuh dengan dinamika kehidupan dunia remaja.
Sekali-sekali melakukan jajak pendapat dengan peserta didik menjadi langkah yang baik. Kemudian bersedia dikritik dan disanggah oleh siswanya atas kekurangan dalam mengajar.
Di ruang kelas terjadi proses belajar dan mengajar. Ada beberapa komponen agar proses ini berlangsung, yaitu guru, siswa, kurikulum dan pembelajaran. Guru menempati posisi sentral karena akan mengelola semua komponen yang ada.
Guru tidak berarti apa-apa tanpa ada siswa di ruang kelas. Siswa adalah subjek sekaligus objek yang belajar. Untuk mencapai tujuan dari belajar diperlukan kurikulum dan dioperasikan dalam bentuk pembelajaran.
Sehingga semua komponen sebenarnya saling berperan dalam pencapaian kualitas pembelajaran.
Penulis : Agriantika Fallent