Kemdikbud melalui Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran, menyatakan bahwa implementasi Kurikulum 2013 menggunakan 3 model pembelajaran termasuk model pembelajaran discovery learning. Namun apa itu sebenarnya model pembelajaran discovery learning? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Mengenal Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery Learning adalah metode pembelajaran yang menerapkan Inquiry-Based Instruction. Metode pembelajaran ini memaksimalkan seluruh potensi dan kemampuan peserta didik untuk belajar mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan serta pengalaman secara mandiri.
Metode ini lebih berfokus pada proses belajar yang dialami peserta didik dari pada hasil belajar mereka. Singkatnya, metode ini bertujuan agar pembelajaran berpusat pada siswa.
Karakteristik Model Pembelajaran Discovery Learning
Terdapat beberapa karakteristik utama dari discovery learning yang membedakannya dengan model pembelajaran konvensional diantaranya sebagai berikut:
- Kegiatan berupa eksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.
- Pembelajaran berpusat pada siswa.
- Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Langkah-Langkah Sistem Pembelajaran Discovery Learning
Setidaknya ada tujuh tahapan dan prosedur dalam implementasi discovery learning, antara lain:
1. Stimulus
Memulai proses belajar dengan pengajuan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan kegiatan yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2. Identifikasi masalah
Siswa mendapatkan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Permasalahan tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis atau solusi sementara atas masalah tersebut.
3. Pengumpulan data
Siswa mulai mengumpulkan informasi yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat.
4. Pengolahan data
Siswa mengolah serta menafsirkan data dan informasi yang telah mereka kumpulkan melalui beberapa metode.
5. Pembuktian
Siswa melakukan pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah mereka buat.
6. Generalisasi
Pada akhirnya, siswa menarik sebuah simpulan yang dapat menjadi solusi atau jawaban atas masalah atau pertanyaan yang sama dengan memperhatikan hasil pada prosedur pembuktian.
7. Penutup
Guru mengulas kembali materi pembelajaran bersama para siswa dan memberikan koreksi jika diperlukan serta rekomendasi atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembelajaran Discovery Learning
Meski terlihat unik dan efektif, model ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kelebihan discovery learning adalah sebagai berikut:
- Membantu perkembangan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan proses kognitif peserta didik.
- Peserta didik memperoleh pengetahuan secara mandiri.
- Meningkatkan motivasi dan gairah belajar peserta didik.
- Memberikan peluang kepada peserta didik untuk berkembang sesuai dengan passionnya.
- Meningkatkan percaya diri dan keaktifan peserta didik.
Di sisi lain, terdapat kekurangan dari discovery learning, antara lain :
- Mengandalkan kesiapan mental dan keaktifan siswa.
- Kurang efektif untuk kelas dengan siswa terlalu banyak.
- Guru dan siswa harus beradaptasi dengan metode yang terbilang baru.
- Berfokus pada pemahaman dan kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan siswa.
Demikian penjelasan seputar model pembelajaran discovery learning yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, metode tersebut tidak ada salahnya menerapkan ke dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Untuk bisa menerapkan sistem pembelajaran tersebut, para guru harus memiliki kompetensi yang mumpuni. Para guru dapat berkunjung ke website e-Guru.id, GuruJuara.com, Diklat.com untuk menambah kompetensi yang menunjang sistem belajar mengajar.