Home / Kesiswaan

Rabu, 18 Mei 2022 - 01:05 WIB

Strategi Guru BK dalam Menghadapi Aksi Bullying pada Siswa

Menghadapi Aksi Bullying – Dewasa ini, korban bullying (perundungan) semakin tak karuan dan makin menjadi – jadi. Tidak hanya di kalangan orang dewasa saja, bahkan dari anak – anak dan remaja juga ikut menjadi korban.

Di era kecanggihan teknologi, sudah seharunya kecanggihan teknologi dapat menjadi wasilah untuk meredam kasus bullying yang terjadi pada generasi saat ini. Namun hal tersebut malah berbanding sebaliknya. Justru, hadirnya kecanggihan teknologiditengarai melesatkan kuantitas kasus bullying dalam lingkungan pendidikan.

Tentu saja hal ini patut menjadi perhatian publik, sebab jika tidak, generasi saat ini akan semakin kehilangan marwah. Maka dari itu, kehadiran guru BK menghadapi aksi bullying sangatlah penting untuk menjaga dan menstabilkan keadaan siswa/i khususnya di lingkungan sekolah. Selain untuk menjaga keharmonisan pun guru BK dapat berperan sebagai dokter jiwa sebelum akhirnya dilarikan pada psikolog remaja.

Faktor Terjadinya Kasus Bullying

Kasus bullying tentu tidak terjadi karena akibat ejekan semata. Namun juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Berikut beberapa faktor yang terangkum sehingga memunculkan terjadinya kasus bullying baik di pertemanan sekolah maupun lingkungan teman sekitar.

1.    Faktor Fisik

Faktor pertama yang kerap menjadi alasan terjadinya bullying yakni faktor fisik. Fisik setiap orang  tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tentu hal tersebut sudah menjadi suratan Takdir yang Kuasa.

Namun yang namanya anak – anak dan remaja tentu belum terlalu memahami esensi dari hakikat kehidupan. Sehingga jika melihat fisik temannya berbeda dari kebanyakan orang, bullying lah yang terjadi.

Misal dari penampilan fisik yang kelebihan atau kekurangan berat badan. Anda pasti juga sangat sering mendengar pernyataan remaja yang memanggil temannya dengan sebutan “gajah” bila mendapati temannya melebih kelebihan berat badan dari usia dan bobot yang seharusnya.

Mungkin juga sering mendengar pernyataan remaja yang menyebut temannya mirip “sapu lidi” saking temannya yang kurus.

Sebagian remaja merasa bahwa ejekan demikian masih dalam batasan wajar. Namun, siapa yang bisa menyangka hati manusia? Padahal semua orang tentu memiliki level emosional yang berbeda – beda.

Penting bagi remaja memahami bahwa alih – alih menjadi inspirasi, ejekan tersebut malah menjadikan korban bullying merasa sakit hati dan mengambil jalan yang malah membuat mereka merusak diri.

Akibatnya stress dan bahkan bisa sampai bunuh diri. Fenomena bunuh diri lantaran bullying verbal sering dikabarkan di media. Misal, ada artis Korea yang bunuh diri juga gara – gara mendapat perundungan  secara verbal di sosial media. Dan masih banyak contoh lainnya.

Baca juga:   Inilah Tanda-Tanda Pembelajaran Berkualitas

2.    Faktor Ras

Kemudian, faktor kedua yang menyebabkan bullying yakni faktor “Ras”. Semua negera di dunia tentu bukanlah bangsa yang homogen atau hanya dihuni satu golongan. Sama halnya dengan negeri ini, ada golongan yang hidup sebagai minoritas di suatu wilayah.

Hal ini menyebabkan dirinya mendapat perlakuan yang tidak sama dari teman – teman sekitar. Apalagi jika perbedaan ras ini sangatlah mencolok seperti berkaitan dengan warna kulit.

Misal, ada seorang anak dari Maluku. Kemudian anak tersebut bersekolah di tempat yang sama di mana kebetulan lebih banyak anak berkulit putih di sana. Kondisi ini pada awalnya juga bisa menyebabkan terjadinya bullying baik secara verbal maupun non verbal.

3.    Faktor Siswa Tidak Mudah Bergaul

Selanjutnya, siswa yang tidak mudah bergaul juga rentan mengalami bullying. Hal ini terjadi sebab mereka terlihat berbeda dari yang lainnya.

Misalnya, jika ada siswa yang baru pindah dari sekolah, biasanya mereka akan rentan tidak terlalu dekat dan selalu merasa asing dengan teman – teman barunya.

Hal ini mengakibatkan siswa baru tersebut tidak bisa mengembangkan kemampuan bersosialisasinya. Biasanya kondisi tersebut yang menyebabkan terjadinya kasus bullying. Apalagi jika karakter siswanya adalah anak yang pendiam dan lemah.

Tentu akan menjadi korban bullying dan malah dipermainkan teman – temannya. Tingkat keparahan tentu tergantung dari seberapa korban mendapat perlakuan buruk.

Sebagai contoh, di jenjang SMA sendiri saja bahkan sampai ada yang bunuh diri karena tidak berdaya hadapi bully-an teman – temannya. Hal seperti itu tampak wajar mengingat salah satu penyumbang persentase bunuh diri terbanyak yakni dari kasus bullying.

4.    Faktor Finansial

Kemudian faktor penyebab kasus bullying lainnya yakni dari faktor finansial. Biasanya, masalah perekonomian kerap menjadi alasan bila ada seorang siswa tidak memiliki banyak teman bahkan sampai mendapat kasus bullying.

Apalagi jika sekolah maupun lingkungan sekitar rumahnya ternyata banyak berasal dari kalangan elit. Hal ini tentu saja menjadikan si korban merasa tidak setara dengan lingkungan tersebut.

Apalagi di era serba canggih dan fashionable, para siswa seakan berlomba – lomba untuk menjadi yang terbaik dengan segalaaksesoris yang mereka punya.

Baca juga:   Mengenal Psikologi Pendidikan Anak Sekolah Dasar

Lantas, bagaimana dengan para siswa yang masih belum mendapat peningkatan secara finansial? Tentu mereka akan merasa terbebani sehingga psikisnya akan terganggu. Apalagi jika ditambah gertakan dan ajakan teman-temannya untuk ikutan trend, bisa jadi si anak akan berasa dibully dari psikisnya.

Strategi Guru BK Hadapi Pelaku Bullying

Untuk mengatasi kemunculan dan banyaknya kuantitas para pelaku bullying di sekolah, maka terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh guru BK :

Strategi pertama yang bisa dilakukan yakni dengan lebih banyak mengadakan program semacam cintai dan sayangi teman. Program ini mengharuskan guru BK untuk lebih banyak memberikan sosialisasi atau seminar bahkan pelatihan terkait cara mencintai teman.

Tentu program ini tidak seperti program besar lainnya. Bisa jadi, programnya menjadi konsumsi guru BK sendiri namun dimasukkan dalam jadwal maupun RPP yang dibuatnya dalam tiap semester.

Kemudian, strategi kedua yakni melakukan sidak di lingkungan sekolah. Hal ini untuk mengantisipasi manakala terjadi bullying. Jika guru BK menemukan terdapat indikasi tersebut, ada baiknya bila di saat yang sama, guru BK tersebut segera menasihati atau bahkan bertindak tegas bergantung pada tingkatan bullying.

Pembiasaan ini akan menjadikan jumlah kasus bullying semakin sedikit atau bahkan menghilang sebab siswa sudah takut dengan teguran dari guru. Biasanya, jika sekolah sangat ketat dan disiplin dalam mengurangi tindakan bullying, maka kemunculan jiwa para pelakunya juga terpengaruhi oleh faktor eksternal.

Hal ini bisa terjasi karena lingkungan sekitar rumah, atau pernah menjadi korban sebelumnya. Akhirnya, ia malah berubah menjadi pelaku bullying di mana seakan – akan ingin membalaskan dendam karena pernah menjadi korban.

Demikian ulasan mengenai strategi guru BK dalam menghadapi aksi bullying dan beberapa faktor yang menjadikan mereka malah sampai bertindak kriminal karena bullying. Semoga artikel ini dapat menjadi referensi bagi para guru di Indonesia khususnya guru BK. Semoga dengan lebih banyak guru yang menyadari akan pentingnya penghentian bullying, dapat menjadikan kelas dan lingkungan sekolah semakin aman dan nyaman.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

(shd/shd)

Share :

Baca Juga

Kesiswaan

Teknik Bermain Peran (Role Playing) Untuk Penguatan Karakter Siswa
insekuritas siswa

Kesiswaan

Rasa Insekuritas Siswa yang Wajib Orang Tua Ketahui

Kesiswaan

Begini Caranya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Kesiswaan

Kenali Ciri-Ciri Kecemasan Sosial Pada Siswa

Guru Honorer

Terapkan Tips Ini Untuk Menjadi Guru Kreatif

Kesiswaan

Mengenal Istilah dan Tujuan Peta Hidup (Life Mapping)

Kesiswaan

Pendidikan Karakter Peserta Didik di Era Digital
Model Pembelajaran Make a Match untuk Efektifitas Pembelajaran

Kesiswaan

Mengenal Lebih Dalam Sosial Emosional Learning